Kamis, 07 Juni 2012


PUTUS ASA

Apakah kau akan berhenti disini sebelum sampai tujuan?
menjadi gelandangan yang menjemput setan jalanan,
dan terhanyut arus deras tenggelam tapi tidak dapat mati,
merintih mengeluh menantikan belas kasihan orang lain

Sedangkan mereka menangisi kebodohanmu,
diam-diam kau pun menangis menyesal,
dan air mata menjadi terbuang percuma,
dan seonggok benda yang bernama sesal membusuk dijalanan

Bisik-bisik setan bernama angkara,
berpesta disekitar daging busuk sesal,
mereka menangis...kau menangis melihat pesta setan itu,
tapi semua telah membusuk

Kau berharap ini sebuah hayalan atau sebuah mimpi,
mungkin besok kenyataannya lebih indah,
ternyata kau lupa,
kau telah lama berhenti di tengah jalan sebelum sampai tujuan,
dan tujuan bagai kerlip nyala lilin yang pada saatnya akan padam
KESEMPATAN

Atau pencarian dalam air yang sudah tenang dan jernih,
atau termenung dalam sepi malam mencari inspirasi,
yang sesuatu datang tak terduga diluar rencana rapi,
yang dengan sangat sigap harus cepat diraih

Pengakuan diri atau tidak ada sama sekali yang mengakui,
bukan pengorbanan seorang pahlawan yang hanya bisa dikenang,
bukan pula perjuangan seorang guru tanpa tanda jasa,
membangun pilar-pilar diri dan menjaganya tetap kokoh berdiri

Bila waktu berlalu,
seorang anak tetap bercerita pada anaknya dalam kebisuan malam,
dan pada malam yang hening diam, 
cerita tersebut terus terjaga,
sebuah jembatan dan jalan awal telah dirintis,
akan terukir jejak-jejak langkahnya disana

Rabu, 06 Juni 2012

KEHIDUPAN DUNIA

Banyak yang tidak kumengerti,
karena sebagian besar hidupku tersimpan pada rahasia masa depan,
dan sebagian kecil tertinggal di masa lalu

Aku tidak berharap banyak di dunia ini,
karena aku seperti sedang bermimpi,
walau bermimpi aku ingin bermimpi indah,
dan terbangun di hidup yang jauh lebih indah

Aku tidak berharap banyak pada manusia di sekitarku,
karena mereka hilir mudik silih berganti,
tak satupun ada yang kekal menemaniku,
kecuali kuterbangun dalam doa

Aku berhenti berharap,
ketika aku mengeluhkan sakit tubuhku,
tapi orang di sekelilingku tak dapat merasakan rasa sakitnya,
walaupun mereka mampu melihatnya

Aku juga tidak ingin menghayal walau ini sebuah mimpi,
walau itu indah tapi melelahkan jiwa,
aku juga tidak ingin sebuah kenyataan,
karena di dunia ini dipenuhi perpisahan dari ke fanaan

Aku ingin berjalan sederhana,
dalam doa-doa,
karena ketidak tahuanku

Selasa, 05 Juni 2012

PERDEBATAN

Aku tidak mampu memilih,
hanya sebuah impian pada sebuah batu bata,
yang aku berfikir satu persatu batu bata yang ku susun, 
perlahan akan menjadi gedung bertingkat

Aku juga malas berfikir terlalu rumit,
karena persoalan sekarang perlahan akan ku selesaikan,
karena besok akan muncul persoalan baru,
akan membuat otakku semakin pintar bukan semakin bodoh

Apa yang mereka katakan akan aku dengarkan baik-baik,
sebaik aku ingin berbuat baik pada mereka,
walau mereka menganggapku diam dan tak perduli,
tapi Allah maha mengetahui

Lalu aku ingin menghina aku dan siapapun juga hanya pada hatiku,
karena diam lebih mulia, 
bagai berlian yang diam namun indah dipandang,
dan bunga yang indah diam dalam warna juga keharumannya

Walau air samudra diam, 
namun mampu menampung berjuta kehidupan,
dan menyimpan arus dalam yang menghanyutkan

Walau angin juga diam,
mampu menghimpun awan menjadi hujan,
dan menciptakan alun suara yang merdu

Hanya takdir Allah yang tidak diam,
yang menggerakkanku agar mensyukuri hidup

Kamis, 10 Mei 2012



DALAM PERENUNGANKU

Ingin ku membencimu
Memakimu sepuas hatiku
Seolah ku melihat setan
Dan aku seolah menyesal pernah mencintaimu
Dan membuatku jadi bodoh

Ingin ku menyesal
Penyesalan panjang terhadap pemujaan cinta
Seperti ku membakar wewangian dalam dupa pemujaan setan
Habis terbakar menjadi asap dan abu dalam tungku
Dikelilingi setan-setan pemujaan

Lalu aku terdampar senyap dan puas
Terlepas sunyi
Kudengarkan angin berbisik
Kudengarkan gemericik air
Dan bunga-bunga kuhirup semerbak mewangi

Inilah cinta yang kebenci dan kumaki
Semakin menghampiri dalam rindunya
Inilah cinta dalam penyesalan
Mendatangiku dengan air mata haru
Membuatku terisak syahdu

Senin, 07 Mei 2012



PENYESALAN

Aku mencoba menyesal pernah bertemu denganmu
Pernah mencintaimu
Pernah menghadirkan namamu dalam setiap doa-doa ku

Aku mencoba pula menyesal pernah berharap
Kau akan mengisi waktuku
Menemaniku di usia dewasaku
Menatap wajahmu dalam ketenangan

Dan waktu yang berlalu menjadi sangat sia-sia
Dan aku tidak berhak menentukan sebuah penyesalan
Dan pengorbanan waktu yang hilang membuatku dewasa
Tanpa pemujaan pada siapapun
Selain Tuhan semata

Adakah rembulan menyesal pernah menyebabkan pasang
Adakah matahari menyesal pernah menyebabkan terbakar
Adakah aku menyesal pernah dilahirkan oleh seorang bidadari
Seperti ibuku
Aku menyesal tidak bersyukur karena hadir didunia
Itu penyesalanku

Minggu, 29 April 2012



INI SEMUA KEINGINANMU

Kau membuat jalan yang rumit dan berjalan didalamnya...
Padahal awalnya tak serumit itu
Kau merasakan dengan otakmu...
Tidak dengan hatimu dan terjadi rekayasa cinta
Kau menganggap cinta bukan melukai hati....
Tapi melukai mata seperti debu membuat airmata
Dan...walaupun menyakitkan dan sedikit kasar...
Menurut pemikiran otakku...itu semua...semua definisimu...benar


Aku mulai mengikuti semua definisimu...
Perlahan-lahan walau sulit aku mampu mengikutinya
Sampai pada ujung yang sangat jauh antara kita...
Jarak yang sangat jauh untuk kita
Dari jarak yang sangat jauh itu...kau menganggapku salah
Bukankah ini inginmu

Kamis, 27 Oktober 2011

 

ILUSI

oleh Widhyanty Wiwid pada 28 Oktober 2011 jam 8:43

Jika aku sendiri di dunia ini
Kan ku puja kau bagai rembulan malam
Kan kusanjung kau bagai gemintang
Hingga siang menyapa kugantung harap pada matahari

Jika aku sendiri di dunia ini
Saat kupejam kan mata ingin kau selalu dalam ingatan
Kujaga kau dalam dalam tulus hati
Kusenandungkan lagu rindu sepanjang hari

Jika aku sendiri saja di dalam dunia ini
Biar dalam tidur malamku ku mimpikan dikau
Kurasakan hembusan bisikan angin mengantar rindumu
Hanya untuku

Jika memang ini sebuah illusi
Biarlah kau sajalah kenyataan itu

 

HALUSINASI

oleh Widhyanty Wiwid pada 08 Juni 2011 jam 22:00
Beginilah menjadi bayanganmu
Walau kata orang wajahmu tampan
Aku melukiskanmu hitam dan rata
Mengikutimu kemana saja

Menggodamu disaat terang benderang
Mempermainkanmu dibawah kakimu
Kadang memanjang dan kadang memendek
Wajah tampanmu kulukiskan sangat jelek ditanah

Meninggalkanmu dalam kegelapan
Membuatmu takut tak berteman dalam kelam
Beginilah enaknya menjadi bayanganmu
Tiba-tiba ada kembali saat terang benderang

Minggu, 11 September 2011

 

YANG

oleh Widhyanty Ali Samad pada 09 Januari 2011 jam 4:21
Bila aku menceritakan mu
Kamu tertutupi dengan perkataan yang lain
Foto masa lalu yang buram itu kusebut
Tersembunyi malu direlung-relung hatiku

Bila aku membicarakan Y
Maka X dan Z menyertai mu
Dan kepribadianmu tertutupi oleh keribadian teman-temanmu
Tak berlebihan kusebut mu
Potret diri yang kabur

Kamu mengatakan cinta
Kusambut pula dengan cinta
Namun dalan perjalanan panjangnya
Aku tidak mengenal mu
Kamu berpuisi cinta seperti igauan bayi yang tak bisa kupahami
Misteri cinta yang membekas sangat dalam

Mengarungi masa remaja bersama bayangan mu
Menatap cinta di usia dewasaku bersama bayangan semu mu
Meneriakkan nama mu yang jauh
Aku lelah tapi tetap tak menguak rasa penasaranku
Aku tidak mengerti

Jumat, 09 September 2011

 

SEPI

oleh Widhyanty Wiwid pada 27 Juli 2011 jam 8:10
Detak jantungku dapat kudengarkan sendiri
Dalam ruang yang lengang dan hampa
Suara napasku dapat kudengarkan dan dapat kuhitung
Dalam ruang senyap tak bersuara

Orang-orang hanya berlalu-lalang dalam benakku di masa lalu
Seandainya jarum jatuh dalam ruangan ini akan membuat keriuhan
Dan membuatku enggan melangkahkan kaki yang akan menambah kebisingan
Ruang yang hampa tanpa bunyi gema dengung

Kemana perginya mereka dalam lamunanku
Yang tak mungkin hadir bila dalam kesedihan
Yang tak akan menghapus air mata keluh kesah
Mendiamkan dalam kesendirian

Angin tak berarah tak menggerakkan pucuk-pucuk pohon
Namun menusuk kedalam pori-pori kulitku
Tak dapat dipersalahkan siapapun
Terjebak permainan hati

Berbicara pada pilu sendiri
Hanya diri yang merubah diri
Dan Tuhan penyelamat dari ruang yang hampa
Melalui siapa dan apa yang Tuhan pilihkan untukku

 

Kamis, 08 September 2011



MENITI PELANGI

oleh Widhyanty Wiwid pada 16 Agustus 2011 jam 22:56
“Kau tidak ada
Hingga mampu membirukan langit biru
Kau tidak ada
Hingga samudra dalam membiru,”...

“Kau sangat jauh
Hingga alam ini memberi udara kehidupan
Kau sangatlah jauh
Hingga air kehidupan ini 85% memenuhi tubuh,”...

Jika tak suka dengan kepalamu
Tak perlu kau penggal kepalamu
Jika kau tak mampu melihat indah
Tak perlu kau cukil matamu

Karena ketakutanmu memburumu
Karena warna hidup ini terlalu berwarna
Diantara kemarau yang panjang itu terguyur hujan
Dan warna pelangi mewarnai alam ini
 Karena tangga-tangga kehidupan ini berwarna
Karena warna itu tidak ada
Maka jangan kau cukil matamu
Atau jangan penggal kepalamu.... Bersyukurlah




MEMBUANG SEPI

oleh Widhyanty Wiwid pada 08 Agustus 2011 jam 10:25
Mari kita berlayar di tengah siang
Melawan arah angin
Melempar sauh sepi di tengah samudra biru
Meneriakkan pada mentari janganlah kelam membawa kembali sepi

Mari kita mendaki bukit di tengah siang
Menantang keras batuan pualam hitam
Menuju puncaknya sepi
Membangun benteng sunyi dan meninggalkannya disana menjadi candi

Mari kita merambah hutan di atas siang terik
Membakar api unggun seyap
Mungumpulkan kayu hitam pekat
Menumpuk kayu-kayu menjadi rumah panggung menyendiri di belantara sepi

Hari yang akan berlalu...sejak perpisahan itu
Akan kutanyakan padamu akan masa lalu
Apakah sepi mendatangimu kembali ?
Setelah sepi telah kita pecahkan
Dan sepi telah kita buang di tengah samudra...di atas bukit...di hutan belantara

 

 

Selasa, 06 September 2011

 

DALAM PELARIAN


Seandainya kau mengerti....
Bila cinta itu telah kumiliki....setelahnya....ingin kumiliki juga kesetian
Bila cinta lain datang menyapa...
Biarlah kesetian itu yang akan menjaganya

Kemanapun burung-burung terbang jauh...
Dia akan kembali kesarang tempat dia dilahirkan
Dan dia tak akan tersesat karenanya
Karena lagu yang angin nyanyikan tak pernah salah

Dalam kegelapan pun bintang gemintang memberi arah pulang
Segelap apapun dunia ini merenggut cahaya mentari
Tetap dalam persembunyiannya mentari ingin menyinari rembulan
Tak akan ada yang tersesat bila ingin kembali

Bila dirimu terkurung waktu....dan waktu tak akan melepaskan sesaatpun
Lihatlah langit biru terbentang...luas tak bertepi
Dalam penjara dirimu...jiwamu tetap bebas
Bila dirimu terbebaskan...jiwamu sama bebasnya

Dimana tempatmu berlari
Dimanapun...waktu yang dulu tak pernah menyambutmu kembali
Tapi waktu yang akan datang yang akan membuka pintunya untukmu

Minggu, 31 Oktober 2010

Sabtu, 30 Oktober 2010




Minggu, 03 Oktober 2010



PENJAGA
Kamu telah diberi pelindung
Yang mampu diinjak-injak harga dirinya
Tapi tetap ditempatnya…tak beranjak pergi
Tetap setia melayani
Kamu telah diberi penjaga
Yang mampu diam dalam teraniaya
Tapi tetap tenang sabar menungguimu
Walaupun angin meniup…
Dan debu-debu memburamkan pandangan mata
Dan debu-debu lainnya berpindah terus menutupi kilau
Yang mampu menggali mata air…penyejuk kering
Yang mampu meneteskan hujan perih…penjernih kaca-kaca berdebu
Yang mampu meluruhkan debu-debu tertiup angin
Kamu telah diberi seorang teman
Yang mampu mengerti jiwamu
Dan selalu datang dengan maafnya
Penjaga hatimu…tak butakan nurani




Selasa, 18 Mei 2010


YANG DITUJU


Sesampainya kaki ini dan mata ini melihat sesuatu yang aku inginkan
Tapi tidak sama seperti hayalan…tidak seindah dalam angan dan perkiraan
Timbul kata ‘Seandainya’…kata baru yang mengiringi perasaan ‘Kecewa’
Seandainya aku tidak terlalu memaksakan…
Seandainya aku tidak terlalu keras sesuai dengan rencana…
Seandainya ada kata lain ‘Fleksibel’ dan ‘Kebijaksanaan’ dan’Pertimbangan lain’…
Seandainya aku juga melihat jalan yang lain…
Karena apa yang aku perkirakan itu sudah setahun yang lalu
Karena apa yang kurencanakan sudah dua tahun yang lalu
Tak ada yang abadi…bukan kah itu yang sebenarnya Tuhanku ?
Bukankah bumi ini masih berputar tidak berhenti

BUKAN YANG DITUJU

Seumpamanya aku mengikuti suatu rencanaku sendiri
Seumpamanya Tuhan juga membuat rencana untuk diriku juga
Aku simpan rencanaku pada Tuhan…dan Tuhan juga begitu…
Dipersimpangan jalanku dan jalan Tuhan…
Tentunya kakiku milik Tuhan…lebih memilih berjalan dijalan Tuhan
Ketika dipersimpangan jalan itu…terasa sangat berat untuk memilih
Dan aku bertanya dalam hati…mengapa ada persimpangan jalan ?
Mengapa ada pilihan ?
Mengapa bukan hanya satu jalan untuk rencanaku saja ?
Atau…mengapa bukan hanya satu jalan saja untuk jalan Tuhan yang terbaik untuku ?
Hingga aku hanya terdiam bagai orang lumpuh menanti tuntunan Tuhan ?
Hingga otakku mengecil tidak berfikir menanti keputusan Tuhan ?
Hingga aku tahu mengapa ada persimpangan jalan
Bukankah ini memang yang terbaik untukku terus berfikir dan bergerak
Hingga aku menjadi manusia normal yang berarti bukan untuk diriku saja
Tapi aku berarti untuk orang-orang disekitarku…
Bukan satu jalan…jalanku saja

Jumat, 26 Februari 2010


SIAPA YANG TIADA MENCINTAINYA
Perjalanan itu sulit ku ceritakan
Kesalahan apa yang pernah kulakukan dari seorang perempuan yang baru keluar dari rumah emasnya
Tak kukenal apa artinya dendam
Ayahkupun bukan pengusaha kaya raya dan bukan pula bangsawan
Baru kulihat matahari tanpa terhalangi jendela berkaca
Aku tersenyum karena pagi itu pertama kali kulihat bunga bermekaran ditanganku
Aku bercerita tentang ayahku yang baik hati dan wajahnya tampan
Mereka menertawaiku…ayah yang kubanggakan dianggap tokoh dalam sandiwara bersambung
Dengan bangganya aku mengatakan tebal alis mataku seperti milik ayahku
Wajahku yang bulat segar seperti buah apel ranum itupun seperti milik ayahku
Aku anggap semua laki-laki seperti ayahku…lembut kata-katanya…lembut tatapan matanya
Memanjakan ibuku…menyayangi keluarganya
Aku anggap semua laki-laki seperti ayahku…
Ayahkupun tak pernah bercerita tentang sisi buruk dunia…
Dianggapnya dunia adalah persinggahan…tempat beristirahat dengan ibadah
Aku tidak sepenuhnya seperti ayahku walau darahnya sepenuhnya mengalir di darahku…
Pundakku kecil dan langkahku tak sepanjang ayahku
Ketika ujian kehidupan menerpaku…aku menangis…inilah dunia yang baru kukenal
Tak semua laki-laki sebaik ayahku…laki-laki itu melukai jiwa ragaku
Inilah ujian yang akan menguatkan pundak dan langkah kakiku yang kecil
Mungkin aku akan sekuat ayahku…sendiri menaklukkan dunia
Laki-laki itu…
Dibuatnya aku melupakan jasa ayahku…bahwa perempuan harus patuh dengan suaminya
Dibuatnya aku melupakan kelembutan hati ibuku…bahwa aku ini sudah milik suami
Dibawa aku mengembara kekegelapan dunia yang tak pernah kulihat
Aku tak punya pendapat…pendapatku dianggap sebuah perlawanan
Tak kusalahkan siapapun hingga harga diriku meledak bak gunung berapi
Lahar panasnya menyapu bersih…tak perduli…
tak mengenal orang yang pernah menjahatiku atau yang baik padaku…tersapu bersih
Hingga kesendirianku…kutemukan diriku sendiri
Dunia ini tetap kupandang indah…seperti ayahku ceritakan…
Dunia ini hanya untuk singgah dan beristirahat dengan ibadahnya


SEANDAINYA CINTAMU SEPERTI CINTAKU

Seandainya cintamu seperti cintaku…
Yang kamu mengerti aku tersenyum…dan sudahlah
Yang kamu tahu aku baik-baik saja…dan sudahlah
Aku memang sehat dan baik saja
Panah-panah kecil itu agak menggigit di hatiku…geli
Orang bilang geli adalah nyeri yang dangkal…terasa gatal-gatal
Lucukah ? kamu menganggapku menggelikan ?
Seperti patung hatiku kamu anggap telah hilang puluhan tahun lalu
Walau kini aku tak sanggup menangis bukan berarti aku tidak punya sedih
Walau aku masih bisa bercanda bukan berarti aku tidak punya duka
Aku manusia normal yang punya hati
Yang terkadang hatiku pilu…sendiri
Hatiku mampu mengembara ke alam yang tanpa batas penglihatan mata
Kadang hatiku menembus alam hati dan menemui hatimu yang penuh kebohongan
Dan hatiku berbicara dengan hatimu…
Seandainya cintamu seperti cintaku


Sabtu, 20 Februari 2010


KAMU, SEMESTAKU


Itu menyakitkan…kamu yang pertama
Aku tak ingin mengusikmu lagi
Dan sepi-sepi ini membuatku lebih tenang
Air mataku ini cukup memuaskan emosiku yang lebih mengerti arti rindu
Diam-diam sajalah disana…aku tak akan mengganggumu
Aku hanya ingin mengakui bahwa cinta menyapaku semalam dengan angin rindunya
Sedang Tuhan mewujudkan sepinya dengan menciptakan manusia…
Agar dapat mewujudkan Kehendak-NYA
Seperti juga aku mewujudkan sepiku dalam hati…
Agar dapat mewujudkan cinta
Sedang Tuhan hadir dalam hati manusia…merenung dalam sepi…sendiri
Kalau rindu ini sebuah dinding…mungkin sudah retak-retak diterjang badai…digoncang gempa
Namun keyakinan cintaku…tak berbentuk bagai warna ini terwujud karena ada cahaya terang
Dan cinta ini tulus suci
Jangan tanyakan diriku lagi…
Tuhan menyimpan cintaku dalam hati…seutuh Tuhan menciptakannya pertama kali
Tuhan memelukku bila kuterisak rindu…cahaya-NYA memenuhi retak-retak dinding rinduku

Itu menyakitkan...kamu yang terakhir

Kamis, 18 Februari 2010


RITUAL
Kalau kamu menikah dengan orang bodoh akan terimbas bodoh…
karena pasanganmu adalah belahan jiwamu
Kalau kamu menikah dengan orang gila akan ikut menjadi gila…
Karena pasanganmu bagai cermin dirimu
Begitu juga aku yang pernah menikah dengan orang gila dan bodoh
Begitu teganya ayahku melepasku pada saat itu…
Karena aku dianggapnya dewasa padahal dunia ini terlalu besar untukku
Begitu teganya Tuhan membiarkanku…
Karena aku telah diberi-NYA segalanya dan aku bebas memilih
Untunglah Tuhan menyanyangiku dan memisahkanku dengan orang gila dan bodoh itu
Sebelum aku menjadi gila dan bodoh yang kronis dan menurun
Dia menjebakku dalam lingkaran setan keluarganya yang penuh teriakan-teriakan hinaan
Dia mengungkungku…menghinakanku…merendahkanku sebagai seorang perempuan
Dia bukan saja menyodorkan kepalsuan cinta dan kepura-puraan
Dia bukan saja menyakiti hatiku…dia menyakiti ragaku dengan tinjunya
Ini pelajaran mahal yang diberikan Tuhan padaku…
agar aku mengenal dunia dan orang-orang yang menghuninya
agar aku mengenal makhluk lain selain manusia yaitu setan yang berwujud manusia
Akhirnya kusadari…dunia ini tak sepenuhnya seperti yang ada didalam otakku

Rabu, 17 Februari 2010


BERLAYAR
Bila yang tiada kekal di dunia ini akan musnah…tapi aku tidak menyesal
Setidaknya aku pernah mengungkapkan cintaku pada dunia
Aku pernah menangisi cintaku…Aku pernah mengekspresikan cintaku…
Aku pernah melingkupi seluruh hidupku…memenuhinya dengan cinta…
Aku tidak menyesal
Bukan dosa yang kutakuti…tapi aku takut tidak berbuat apapun untuk cinta
Bila Tuhan melenyapkan dunia ini…tak pernah ku menyesal…
Cinta ciptaan Tuhan yang paling fantastik
Cinta pernah membuatku sepi dikeriuhan…
Cinta pernah membuatku rindu tak bertepi…
Cinta membuatku berpuisi…
Cinta membuat hatiku bergejolak…
Cinta mencabik isi hatiku…
Tapi cinta tak pernah membuatku membenci, iri, dendam, dan menghilangkan seseorang
Cinta mengenalkanku pada kasih sayang…walau tak berbalas…
Cinta mengajariku untuk ikhlas dan sabar…walau tertindas
Cinta membuatku tersenyum…walau hatiku merintih…dan mengarungi samudra harapan…
Cinta membuatku berlayar di alam yang sunyi seyap, luas, indah, tak terkekang
Sebelum lahir di dunia ini dan sampai aku hilang dari dunia ini, cintalah penyebabnya
Bila semuanya hilang lenyap…aku tidak menyesal…karena aku telah maksimal menikmati cinta
Bila Tuhan menghapus segalanya…aku akan hilang bersama cinta

TIGA LANGKAH


Betul pendapat banyak orang…kalau kamu meminum anggur
Kalau anggur yang kamu teguk dari anggur pilihan…matang didahannya…
Tumbuh dilahan pegunungan yang sejuk…tanahnya hitam pekat…hujannya setiap sore
Sangat enak dirasa…manis…aroma kayu cendana sebagai pemeras anggur kemerahan
Kamu akan ketagihan dan menginginkannya kembali…minuman anggur tak beragi…segar
Karena paginya panen anggur…siangnya diperas dengan kayu cendana…
Malamnya pesta panen anggur digelar…minuman anggur segar…yang baru dipanen tadi pagi
Minuman anggur segar tak beragi…tak juga memabukkan…tapi terus membuat haus sekali teguk
Seperti itu keinginanku seperti meneguk anggur segar aroma kayu cendana didaerah pegunungan
Seperti itu kalau kamu meminum air pengetahuan…haus dan ketagihan
Seperti itu rasanya meneguk air ilmu kehidupan…seakan meneguk air keabadian
Semakin diteguk semakin menginginkannya…semakin dicari setinggi apapun letaknya
Bukan yang pertama…tidak yang kedua…tak ada ketiga…
Seutuhnya…seluruhnya…membuatku semakin kecil terkungkung oleh atmosfer bumi
Seperti itu rasanya…ilmu-Nya




YANG KEDUA



Saat aku jatuh cinta kembali karena jiwaku yang masih haus…tak mengerti…
Nuansa ilmu-NYA yang berlapis-lapis
Aku tidak ingin membagi…aku tidak ingin memilih…bukan karena ini permainan…
Tapi inilah totalitasku…jiwaku yang masih kosong sekaligus berlubang-lubang
Tapi dinding-dinding jarak dan waktu sedikit menjadi ranjau perjalananku
Percayalah ramalan manusia tak ada yang tepat…apabila tuhan telah membuka pintu…
Malaikat pun merobohkan dinding jarak dan waktu…
Tangan manusia tak sanggup lagi menghalanginya
Indahnya…bila kamu tahu doa-doaku dikabulkan Tuhan…langkahku ringan…
Walau diiringi pandangan aneh para manusia disekitar kita
Indahnya…mesranya…bila kamu tahu Tuhan memanjakan dan menyanyangiku…
Walau banyak cemohan dari golongan manusia…tak membelokkan langkahku
Beberapa pihak manusia yang tak setuju…menguatkan langkahku
Ini bukan kehendakku…Tuhan hanya membukakan jalan bagiku…membuka nuansa ilmu-NYA
Dan takdir…bukan manusia penentunya
Tiada penyesalan setelah aku memilikinya…bukan menyesal…kebanggaan itu melekat selamanya
Seumur hidupku…melekat menjadi bagian dari jiwaku
Walau terkadang manusia lain bertanya…
Aku tetap bingung menjawabnya sampai detik ini…tapi hatiku tetap tersenyum lebar
Tuhan memang berhubungan sangat special bagi makhluk-NYA… yang diingini-NYA
Aku merindukan saat-saat indah seperti itu…walau aku berat menjalaninya
Indah sekali Tuhan…sangat indah


Selasa, 16 Februari 2010


GEDUNG TUAKuingat saat pertama kali diriku ini mulai mendua…dan mengartikan arti sebuah kebebasan
Kebebasanku menyelami alam dan ingin bersatu dengannya
Kubisikan dalam hati seandainya bukan hanya dua…aku ingin tiga…wajar bagiku…
Aku manusia normal…dunia diperuntukan tuhan hanya untuk manusia
Apa itu hujan…awan hitam cumulus…berat mencair di atmosfer bumi
Apa itu kemarau…cuacanya cerah tak berawan…anginnya panas
Di sisi yang lain mikrokontroler sebagai sensor panas mengukur bumi yang mendidih…demam
Bising industri…terfilter mikrofon akustik
Apa itu gugur…hatiku yang melonjak menguasainya…ya…tak akan ada gugur di bumi tropisku
Aku menang…? Tentu aku selalu menang dan bahagia
Gedung tua itu berusia 1920…proklamator Soekarno yang meresmikannya…di kota Kembang
Dan gedung di sisi satunya seusia denganku dengan lambang kota pahlawan Sura dan Baya
Ini kenanganku saat mendua…kedua gedung itu saksinya
Kubisikan kembali dalam hati…jangan sampai kedua gedung itu membongkar diriku yang terlanjur…
Mendua
Kunyalakan radio…bernyanyilah dengan hatiku…bernyanyilah
Lupakan dulu…cintaku…lupakan dulu…
Mungkin suatu saat nanti tuhan menakdirkan cinta kita…bersemi berbunga



PELABUHAN

Aku mengingat dan menuliskanmu dengan air mataku
Bila mendung datang bersamaan dengan kelamnya…pasti…
Gemuruh petir dan Guntur mengiringi
Air lautnya pasang…bulan yang purnama tertutupi mendung
Aku mengenangmu dengan air mataku
Hatiku bernyanyi tentang kapal kayu coklat di tepi pantainya
Tanpa layar putih…kapal kayu bertaut di dermaga kecil tak bernelayan
Aksen melayu sangat kental di logat bicaramu
Jangan bicarakan tentang rahasia…bisik gemintang yang juga tertutupi mendung
Tuhan menyimpan rapat rahasia itu di gelap malam
Esok pagi mentari menyapu bersih kegelapan semalam…
Simpankan pula dalam-dalam…direlung hatimu
Bila hari berganti…ingatlah cinta manusia tidak ada yang abadi selain cinta tuhan kepada manusia
Kenang aku yang larut dengan pantai itu…
Lengkap dengan purnama gemintang dan mendung…petir dan guntur

Selasa, 13 Oktober 2009


Pelangi Kehidupan

Aku mampu berteman dengan siapa saja
Gelora temanku…
Hidupnya penuh kesenangan…bernyanyi…bermusik…
Berambut warna-warni sesuai warna bajunya
Lazuardi temanku…
Hidupnya penuh semangat…bekerja keras…rapi…penuh perhitungan…
Segala tentang teknologi tak pernah ketinggalan
Melati temanku…
Hidupnya tenang…berkebun…melukis…
Waktu tak pernah mengejarnya…dan tak pernah mengejar waktu…selalu tersenyum
Tapi aku seperti siapa?
Cermin menatapku…sedikit malu…kubalas menatap cermin
Kubernyanyi lagu yang penuh keriangan…Gelora
Kubekerja keras dengan kualitas teknologi canggih…Lazuardi
Kumelukis diketenangan…berkebun menanam keharuman…Melati

Bunga Matahari Di Pesisir Pantai

Mimpi bukanlah hayalan…sayang
Mimpi juga bukan imajinasi
Dalam tidur…mimpi yang indah menghiburmu
Sampai terbangun masih teringat indahnya
Bila tangga-tangga kayu rumah yang kamu pijak berdenyit…
Bunyi denyitnya bagai mimpi untuk rumah kayu
Rumput-rumput yang mati dimusim dingin bermimpi berbunga kuning…
Esok musim semi akan dipenuhi rerumputan…padang tandus menjadi permadani alam
Ini bukan musim gugur…tanah yang tertutupi bunga-bunga menguning berjatuhan
Karena pucuknya bersemi kembali kuncup-kuncup baru…sama menguningnya
Kalau kamu menuai mimpi indah…pasti dalam sadarmu hidupmu lebih indah
Tidaklah sama dengan hayalan indah…terkadang kenyataannya tak seindah hayalannya
Jauh gunung biru…jauh samudra biru…jauh langit biru…menyatu…
Indah dipandang dikejauhan…tak seindah warna aslinya
Bukan seperti itu…mimpi indah
Mimpi indah…bukanlah hayalan…bukan juga imajinasi
Dan segeralah bangun… usai mimpimu indah…
Janganlah mimpimu menjadi mimpi dalam mimpi
Bunga matahari memerah dikaki langit…bagai mimpimu semalam

Rabu, 07 Oktober 2009


TERBIAS

Aku hidup diantara orang-orang gila…
Gila harta…gila kedudukan
Aku hidup dintara orang-orang ketakutan…
Ketakutan kehilangan emas permatanya…kehilangan titel tingkat kesarjanaan
Aku dikelilingi orang-orang yang kebingungan…
Bingung esok makan apa…bingung apakah esok masih bisa hidup gemerlap
Aku hanya mampu melihat…walau terkadang aku sedikit tertekan
Mereka…orang-orang itu menekan orang yang mampu mereka tekan
Keberadaanku yang mereka anggap lemah tak mampu bergerak bertindak
Namun jiwaku cukup kuat untuk tidak larut…
Dalam kegilaan mereka…
Dalam ketakutan mereka…
Dalam kebingungan mereka
Walau aku seolah terpuruk…pasrah
Dalam kesabaran aku memperoleh dua sekaligus…
Jiwaku yang kuat dalam kesabaran…
Nikmatnya kesabaran dan tuhan menjadi utuh milikku
Karena mereka…
Hanya memiliki…kegilaan…ketakutan…dan kebingungan.

Senin, 05 Oktober 2009


PANTAI SENJA

Lukisan-lukisan pantaimu
Lukisan-lukisan pantaiku
Biru…
Kedalaman sebuah rencana
Tentang masa depan dan keinginan
Tentang masa lalu dan kejadian
Berhenti di ujung takdir
Desir angin lautnya
Desir ombaknya
Menyapu segala angan…bukan suatu mimpi
Anginnya masih kurasa dan ombaknya menyentuh kakiku
Kamu menyentuh sukma terhalusku
Ketakutan-ketakutan akan kesendirian…sendu memerah
Matahari yang bersudut…membawaku pergi…berlari
Enggan mengganti birunya biru menjadi…senja memerah
Tapi pasti kembali…diri yang tlah siap menatap pantai ini…menatap senja
PANTAI SEBERANG

Arti sebuah rindu
Kubuang di tengah samudra biru
Dimakan ikan-ikan lautan
Terbawa arus bawah samudra
Tentang sebuah pantai dan sebuah pelarian
Pantai yang tak pernah senja
Mataku memandang diseberang lautan…
Pantai dimana…dulu aku berpijak…
Pantai tempatku berjanji berdua denganmu…untuk menatap senja
Buih-buih pantai menepi menghilang…dan tetes air mataku menyatu di pantai
Arti sebuah kerinduan
Tak ada tempat untuk bersandar perih…tak ada lagi impian
Hidup lebih nyata daripada kehidupan itu sendiri
Yang dirindu tak ikut berlari…kesebrang lautan
Menatapku jauh…diseberang lautan
Pantai ini menjanjikan bukan sekedar janji…bukan sekedar mimpi…
Bukan materi yang dikejar…tapi penemuan diri sendiri…yang tetap kubawa sendiri
Diriku yang ingin bebas sekaligus ingin terikat
Tapi tetap ingin pulang kembali
Mengartikan sebuah rindu dalam kesetian…
keabadian

Kamis, 01 Oktober 2009


IBU

Ini tentang ayahku
Datang dari pulau seberang
Meninggalkan berhektar-hektar tanah garapan
Memilih samudra untuk menanamkan biji rejeki
Ini tentang ayahku
Menyunting Rembulan di malam bulan purnama
Di tengah samudra
Mengarungi lautan lepas dengan mengendarai kapal nabi Nuh
Ingin menepi di dermaga cinta
Sedang Rembulan melahirkan ribuan gemintang
Menghiasi malam yang tak berawan hitam
Menjadi bunga matahari di siang benderang
Menatap matahari…
Ayahku…
Yang menjelma menjadi matahari di siang terang
Rembulan berkalung emas…duduk tenang di kursi emas…
Kekuningan berkilau dikegelapan
Rembulanku…
Menangis di sabit malam…tentang kilau emasnya yang memudar
Dan menakutkan gemintang tak berkedip indah
Rembulanku…
Sering mengeluhkan tentang hal-hal yang tidak penting
Namun…
Matahariku…hanya tersenyum
Sebab segala kilauan hanya kelihatan di mata bumi…
Tak akan kekal
Hingga aku ingin terlepas dari bumi…
Bersama angin
Dan tidak larut akan tipuan bumi
Yang menyebabkan Rembulanku menangis
AYAH

Seperti dongeng di alam impian
Ayahku datang dari pulau seberang lautan
Dari kota yang tak kukenal
Bercerita padaku tentang si Rembulan istrinya
Pernikahannya di pesisir samudra
Disaksikan dermaga dan kapal-kapal yang tertambat
Menjelma menjadi matahari di terang siang
Menyinari lembut Rembulan dalam peraduan didingin malam
Dongeng nabi Nuh idolanya
Pada Rembulan purnama…
Mengapa samudra bagai detak jantungnya…
Bergelora…bergelombang…
Karena nabi Nuh sang idola membangunkan kapal raksasa…
Yang akan mengarungi desir-desir darahnya
Ayahku memuja Rembulan di atas kapalnya
Di tengah samudra…
Angin malam bagian dari jiwanya…
Awan hitam jemari tangannya…
Badai lautan hanya permainannya
Ayahku…
Demi tuhanku…demi pemilik alam ini…
Aku takut mendengar cita-citanya
Demi tuhanku…aku ingin menjadi kekasih tuhan
Agar tuhan mengasihi ayahku
Demi tuhanku…kalau tuhan enggan menjadi kekasihku
Jadilah kekasih ayahku
Dan…
Cita-cita ayahku yang menakutkan itu…digantikan…
Kasih tuhanku
Samudra itu asal kedatangannya…kata ayahku
Di samudra itu tempat kembalinya…kata ayahku
Demi tuhan…itulah jihad…kata ayahku
Sambil memuja dan menatap Rembulan…
Melelapkannya dari kelelahan
Kalau aku mampu menjadi angin…
Aku ingin menjadi angin…
Hingga menyatu dengan jiwanya
Dan…
Merasakan senantiasa hidup
Harum jalan yang dilalui ayahku
Berjalan kembali ketempat asalnya…
Di tengah samudra
Inilah cita-cita ayahku yang dikabulkan tuhan

Sabtu, 19 September 2009



DIA

Kutemui dia dalam putus asa…
Hampa…sepi…tak bertepi
Dalam angan jiwaku…
Mencumbui mimpiku…
Merangkai puisi terindah…
Terukir diangin…ketidak mungkinan
Memaknakan dia tak pernah terwujud…
Aku mewujudkannya sendiri
Dalam untaian doa kupaksakan…
Aku menganggap diriku sutradara…
Dan dia tak pernah ada
Hingga…kubunuh dia yang tak pernah ada
Hingga…dia mati walau tak pernah hidup
Hingga kukubur dia
Hingga…aku menjadi orang lain
Saat aku menikahi orang yang tak pernah kucintai
Kuberlari…terus berlari menghindar
Dia yang tlah mati tak mungkin hidup kembali
Kukenakan topeng dia…
Dari kematian dia yang tak ada…tak dapat mati
Topeng dia tak pantas untuk kepalsuan cintaku
Aku kian berlarian tak berpijak di tanah
Kukuburkan diriku sendiri